HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI - Dalam budidaya tanaman padi, maka tidak akan terlepas dari ancaman hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman tersebut.Serangan hama dan penyakit apabila dalam pengendaliannya kurang tepat, maka dapat menurunkan produktivitas dari tanaman padi tersebut.
Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan petani untuk bisa mengenal jenis-jenis hama dan penyakit tanaman padi agar petani mampu mengidentifikasi dan menerapkan pengendalian secara tepat, cepat, dan akurat.Dengan terkendalinya serangan hama dan penyakit, maka tujuan dari kegiatan budidaya akan tercapai.
Hama adalah hewan yang biasanya menyerang atau menggangu tanaman, sehingga tanaman tersebut tidak bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal. Sedangkan penyakit tanaman padi umumnya disebabkan oleh mikroorganisme berupa virus, bakteri dan jamur.
Ada berbagai macam hama dan penyakit tanaman yang menjadi momok bagi para petani atau peladang.Hama dan penyakit tanaman padi perlu dikenali agar dapat ditangani. Apalagi, jika tidak segera ditangani, petani akan mengalami kerugian besar karena masalah hama dan penyakit tanaman yang menyerang perkebunan atau pertanian mereka.
1. TIKUS
Salah satu hama yang paling banyak merugikan petani adalah tikus.Hal ini disebabkan karena tikus memiliki mobilitas yang tinggi serta daya adaptasi dan perkembangbiakan yang juga sangat tinggi. Tikus biasanya menyerang tanaman padi, dan sering bergerak pada malam hari. Biasanya target utama tikus dalam menyerang padi adalah biji dan batangnya. Dengan giginya yang tajam, tikus dapat memakan biji-bijian padi. Biasanya tikus membuat lubang didekat sawah dan bersembunyi diantara semak-semak.
Kerusakan tanaman yang di akibat serangan tikus sangat besar, karena menyerang tanaman sejak di pertanaman hingga menjelang panen.Berkaitan dengan hal tersebut, maka upaya pengendalian untuk menekan populasi tikus harus dilakukan terus menerus mulai dari saat pratanam hingga menjelang panen dengan menggunakan berbagai teknik secara terpadu.Peran serta dan kerjasama masyarakat / kelompok tani, penentu kebijakan dan tokoh masyarakat juga diperlukan selama proses pengendalian hama tikus.
Baca juga : Solusi pengendalian tikus
BEBERAPA TEKNIK PENGENDALIAN HAMA TIKUS
a) TBS (Trap Barrier System)
Pemagaran plastik yang mengelilingi petakan persemaian atau sawah yang dilengkapi perangkap bubu pada tiap jarak tertentu.
b) Gropyokan
Pengendalian dengan peralatan lengkap (pemukul, emposan, jaring dan sebagainya) yang dilakukan oleh seluruh komponen masyarakat yang terkoordinir dan terencana dalam satu hamparan pertanaman yang luas
c) Pengumpanan
Pengumpanan racun tikus dengan rodentisida akut atau antikoagulan yang dicampur gabah atau beras kemudian diletakkan pada lalulintas tikus.
d) Pemasangan Jaring
Jaring dipasang pada salah satu sisi hamparan sawah, kemudian di sisi lain secara bersama-sama dilakukan penggiringan tikus dan di tepi jaring beberapa orang menunggu dengan alat pemukul.
e) Penggenangan
Penggenangan lobang-lobang tikus dilakukan pada saat menjelang pembuatan persemaian.
f) Sanitasi
Membersihkan semak belukar/gulma, membongkar lobang tikus dan perbaikan pematang.
g) Pengendalian Hayati
Pengendalian menggunakan musuh alami seperti kucing, anjing dan burung hantu, ular dan lain lain
h) Pengaturan Pola Tanam
Pengaturan pola tanam yaitu dilakukan rotasi antara padi dan palawija dan pengaturan pola tanam secara serempak.
2. PENGGEREK BATANG
Penggerek batang padi adalah hama yang tergolong pengganggu utama. Hama ini menyerang tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman mulai dari persemaian hingga menjelang panen.
Pada tanaman padi fase vegetatif, larva memotong bagian tengah anakan menyebabkan pucuk layu, kering mati dan gejalanya disebut sundep. Gejala serangan pada fase generatif berupa malai muncul putih dan hampa yang biasa disebut dengan beluk.
Baca juga : Solusi kendalikan penggerek batang pada tanaman padi
BEBERAPA TEKNIK PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG
a)Pengaturan Pola Tanam
-Tanam serentak untuk membatasi sumber makanan bagi penggerek batang padi.
-Rotasi tanaman padi dengan tanaman bukan padi untuk memutus siklus hidup hama.
-Pengaturan waktu tanam yaitu berdasarkan penerbangan ngengat atau populasi larva di tunggul padi. Tanam jangan bertepatan dengan puncak penerbangan ngengat.
-Tanam bisa dilakukan pada 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi pertama dan atau 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi berikutnya apabila generasi penggerek batang padi di lapangan overlap.
b)Pengendalian Secara Mekanik dan Fisik
-Cara mekanik dapat dilakukan dengan mengumpulkan kelompok telur penggerek batang padi di persemaian dan di pertanaman.
-Menangkap ngengat dengan light trap (untuk luas 50 ha cukup 1 light trap).
-Cara fisik yaitu dengan penyabitan tanaman serendah mungkin sampai permukaan tanah pada saat panen (disingkal). Usaha itu dapat pula diikuti penggenangan air setinggi 10 cm agar jerami atau pangkal jerami cepat membusuk sehingga larva atau pupa mati.
c)Pengendalian Hayati
-Pemanfaatan musuh alami parasitoid dengan melepas parasitoid telur seperti Trichogramma japonicum dengan dosis 20 pias/ha (1 pias = 2000-2500 telur terparasit) sejak awal pertanaman.
d)Pengendalian Secara Kimiawi
-Penggunaan insektisida dapat dilakukan bila sudah ditemukan 1 ekor ngengat pada light trap atau pertanaman, dan aplikasi insektisida sebaiknya dilakukan pada saat 4 hari setelah ditemukan 1 ekor ngengat pada light trap atau pertanaman tersebut.
-Penggunaan insektisida butiran di persemaian dilakukan jika disekitar pertanaman ada lahan yang sedang atau menjelang panen pada satu hari sebelum tanam.
-Pada pertanaman, insektisida butiran diberikan terutama pada stadium vegetatif dengan dosis 20 kg insektisida granule/ha. Pada stadium generatif aplikasi dengan insektisida yang disemprotkan (cair).
-Insektisida butiran yang direkomendasikan adalah insektisida yang mengandung bahan aktif karbofuran.
-Insektisida semprot (cair) yang direkomendasikan adalah insektisida yang mengandung bahan aktif spinetoram, klorantraniliprol, dan dimehipo.
-Hal-hal yang harus diperhatikan dalam aplikasi insektisida adalah: keringkan pertanaman sebelum aplikasi, aplikasi saat air embun tidak ada yaitu sekitar jam 8 -11 atau dilanjutkan pada sore hari ketika angin sudah tidak kencang, tepat dosis, tepat jenis, dan tepat air pelarut (sekitar 350-500 liter air/ha).
e)Pengendalian Preventif
-Sebagai tindakan preventif dalam pengendalian penggerek batang padi, memantau fluktuasi populasi penggerek batang padi perlu dilakukan secara rutin. Untuk memantau fluktuasi populasi penggerek batang padi yang berasal dari migrasi dapat menggunakan light trap.
3. WERENG COKLAT
Wereng coklat (Nilaparvata lugens) adalah salah satu hama padi yang paling berbahaya dan merugikan, terutama di Asia Tenggara dan Asia Timur. Serangga kecil ini menghisap cairan tumbuhan dan sekaligus juga menyebarkan beberapa virus (terutama reovirus) yang menyebabkan penyakit tungro). Kumbang lembing memakan wereng dan anaknya sedangkan sejumlah lebah berperan sebagai pemangsa telurnya. Pemangsa alami ini dapat mengendalikan populasi wereng di bawah batas ambang populasi wereng terutama musim tanam dengan jumlah hama sedikit sehingga mencegah berjangkitnya virus utama.
Beberapa faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya serangan wereng coklat antara lain:
1. Kondisi lingkungan cuaca dimana musim kemarau tetapi masih turun hujan
2. Ketahanan varietas dimana dominasi suatu varietas tahan dalam jangka waktu lama
3. Pola tanam padi-padi-padi (faktor ketersediaan air)
4. Keberadaan musuh alami (parasit, predator dan patogen)
5. Penggunaan pestisida kurang bijaksana karena tidak memenuhi kaidah 6 tepat (tepat jenis, sasaran, waktu, dosis, cara dan tempat)
Baca juga : Pengenalan dan pengendalian wereng coklat
BEBERAPA CARA PENGENDALIAN WERENG COKLAT
a) Cara Bercocok Tanam
Pada daerah yang kekurangan air dan bertanam padi hanya dapat dilakukan satu kali yaitu pada musim hujan, maka pergiliran tanaman dapat berjalan dengan sendirinya. Akan tetapi didaerah yang basah atau beririgasi teknis bertanam padi dapat dilakukan sepanjang tahun, sehingga pergiliran tanaman sulit dilakukan dan petani cenderung untuk bertanam padi secara terus menerus. Sehingga perlu ditekankan pergiliran tanaman dengan tanaman lain setelah tanaman padi.
Pada musim hujan sebaiknya ditanam varietas tahan terhadap wereng coklat, seperti Mekongga, Inpari 1, Inpari 2, Inpari 3, dan Inpari 13. Selanjutnya pengaturan jarak tanam, yaitu tanaman ditanam dalam barisan yang teratur dengan jarak tanam sesuai dengan kondisi agroekosistem setempat agar dapat yang dianjurkan untuk memperlancar gerakan angin dan cahaya matahari masuk ke dalam pertanaman. Hal ini dapat mengubah iklim mikro yang cocok untuk menekan perkembangan wereng coklat.
c) Pengendalian Biologi
Pengendalian biologi dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan musuh alami. Musuh alami yang dapat mengendalikan hama wereng coklat adalah parasitoid, predator dan patogen.
Parasitoid telur seperti Anagrus flaveolus waterhouse, A. Optabilis Perkins, A. Perforator Perkins, Mymar tabrobanicum, Polynema spp., Olygosita, spp., dan Gonatocerus spp. Parasitoid ini dapat memparasitasi telur wereng coklat 45- 87%. Parasitoid nimfa dan wereng dewasa seperti Elenchus, spp., dan Haplogonatopus orientalis.
Predator wereng coklat seperti Cytorrhinus lividivennis, Microvelia douglasi, Ophionea indica, dan Paedorus fuscipes, laba-laba Lycosa pseudoannulata (Wolf spider), Tetragnatha sp. (four spider), Clubiona javonicola (sack spider), Araneus inustus (orb spider), Calitrichia formosana, Oxyopes javanus, dan Argiope catenulata. Patogen seperti Enthomopthora sp. Salah satu penyebab terjadinya penambahan populasi hama wereng coklat adalah kematian musuh alami akibat penggunaan insektisida berspektrum luas.
Dengan demikian harus ada upaya agar musuh alami menetap atau menjadi efektif dalam mengendalikan hama. Penggunaan musuh alami, walaupun tidak dilakukan dengan inundasi (penambahan populasi ke lapangan), dapat juga dilakukan dengan meningkatkan peranan musuh alami yang sudah ada dilapangan. Peningkatan peranan musuh alami dilakukan dengan monitoring untuk menentukan parasitasi dan predatasinya. Oleh karena itu pada saat aplikasi 13 insektisida harus sudah diperhitungkan banyaknya musuh alami di pertanaman.
d) Pengendalian Kimiawi
Penggunaan Pestisida Dalam budidaya pertanian modern, pestisida merupakan sarana pengendalian yang diperlukan. Akan tetapi karena pada umumnya sifat dari pestisida tidak spesifik penggunaannya, jadi harus digunakan secara hati-hati. Dalam sistem pengendalian terpadu, pestisida merupakan komponen terakhir untuk pengendalian. Dalam hal ini jenis, waktu, formulasi dan cara aplikasi merupakan hal yang harus diperhatikan, sehingga kompatibel dengan komponen lain dan tidak mencemari lingkungan. Apabila dikendalikan dengan insektisida, maka diusahakan agar jangan menggunakan insektisida yang mengandung bahan aktif Cypermethrin, karena akan menimbulkan resurgensi dan resistensi wereng coklat.
Beberapa jenis pestisida yang dapat digunakan pada saat ini diantaranya adalah yang berbahan akti: Fipronil, Tiamektosam, Imidakloprid, Dinotefuran, Nytenpiram, Buprofezin, dll. Namun Penggaruh samping penggunaan insektisida yang tidak tepat dan dilakukan secara terus menerus dapat mengakibatkan resistensi, resurjensi dan kematian musuh alami
4. BERCAK DAUN DAN PATAH LEHER
baca juga : Penyakit bercak daun dan patah leher
Penyakit bercak daun coklat tersebar di negara-negara penghasil padi di Asia dan di Afrika. Di Indonesia, penyakit ini banyak ditemukan pada pertanaman padi terutama di tanah-tanah marginal yang kurang subur, atau kahat unsur hara tertentu.
Penyakit ini dapat menyerang pada saat persemaian dan dapat mengakibatkan tanaman mati karena busuk pada koleoptil, batang dan akar. Serangan juga dapat terjadi pada daun dan bulir, apabila bulir padi terserang maka mutunya akan menurun.
Gejala yang paling umum dari penyakit ini adalah adanya bercak berwarna coklat tua, berbentuk oval sampai bulat, berukuran sebesar biji wijen, pada permukaan daun, pada pelepah atau pada gabah. Gajala khas penyakit ini adalah adanya bercak coklat pada daun berbentuk oval yang merata di permukaan daun dengan titik tengah berwarna abu-abu atau putih. Titik abu-abu di tengah bercak merupakan gejala khas penyakit bercak daun coklat di lapang. Bercak yang masih muda berwarna coklat gelap atau keunguan berbentuk bulat. Pada varietas yang peka panjang bercak dapat mencapai panjang 1 cm.
Bercak terutama pada daun, tetapi dapat pula terjadi pada tangkai malai, bulir, dan batang. Bercak muda berbentuk bulat kecil, berwarna coklat gelap. Bercak yang sudah tua berukuran lebih besar (0,4 - 1 cm x 0,1 – 0,2 cm), berwarna coklat pada pusat kelabu. Kebanyakan bercak mempunyai warna kuning di sekelilingnya. Dan bila serangan menghebat seluruh permukaan bulir dapat tertutup massa konidia dan tangkainya. Pada serangan berat, jamur daopat menginfeksi gabah dengan gejala bercak berwarna hitam atau coklat gelap pada gabah. Serangan berat pada daun dapat mengakibatkan daun mengering.
Penyakit bercak daun coklat (Brown Leaf Spot) pada tanaman padi (oryza sativa L.) ini disebabkan oleh Jamur Pyricularia oryzae atau Pyricularia Grisea . Konidia ini berwarna coklat, bersekat 6-17, berbentuk silindris, agak melengkung, dan bagian tengahnya agak melebar.
Jamur Pyricularia oryzae dan Pyricularia Grisea menginfeksi daun, baik melalui stomata maupun menembus langsung dinding sel epidermis setelah membentuk apresoria. Konidia lebih banyak dihasilkan oleh bercak yang sudah berkembang (besar) kemudian konidia dihembuskan oleh angin dan menimbulkan infeksi sekender.
Jamur dapat bertahan sampai 3 tahun pada jaringan tanaman dan lamanya bertahan sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Patogen penyakit bersifat terbawa benih, sehingga dalam keadaan yang sesuai penyakit dapat berkembang pada tanaman yang masih muda.
baca juga : Fungisida pengendali bercak daun dan patah leher
BEBERAPA PENGENDALIAN BERCAK DAUN DAN PATAH LEHER
a) Jarak tanam yang tidak terlalu rapat terutama saat musim hujan.
b) Jika perlu gunakan cara tanam sistem legowo.Jangan gunakan urea yang berlebih dan imbangi dengan unsur K.
c) Aplikasi fungisida pada daun tanaman padi, contoh: antracol,Blast, Filia, dithane, dan fungisida kontak lain sebagai pencegahnya. Jika sudah terserang gunakan fungisida sistemik seperti score, anvil, folicur, Nativo, opus, indar dll.Penanaman varietas tahan, seperti Ciherang dan Membrano.
d) Pemupukan berimbang yang lengkap, yaitu 250 kg urea, 100 kg SP36, dan 100 kg KCl per ha.
e) Penyemprotan fungisida dengan bahan aktif difenoconazol, azoxistrobin, belerang, difenokonazol, tebukonazol, karbendazim, metil tiofanat, atau klorotalonil.
Nah itulah beberapa hama dan penyakit yang menyerang pada tanaman padi...
Saya akhiri Wassalamualikum Wr. Wb...
SEMOGA BERMANFAAT :)
SALAM PETANI SUKSES !!!!!!!!!!!!!