Rabu, 04 Agustus 2021

WERENG COKLAT (Nilaparvata Lugens)

SEKILAS TENTANG WERENG COKLAT

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan kendala utama dalam peningkatan dan pengoptimalan produksi tanaman pangan. Salah satu OPT pada tanaman adalah hama. Saat ini hama wereng batang coklat (WBC) atau Nilaparvata lugens menjadi ancaman serius bagi tanaman padi di

Wereng coklat (Nilaparvata lugens) adalah salah satu hama padi yang paling berbahaya dan merugikan, terutama di Asia Tenggara dan Asia Timur. Serangga kecil ini menghisap cairan tumbuhan dan sekaligus juga menyebarkan beberapa virus (terutama reovirus) yang menyebabkan penyakit tungro). Kumbang lembing memakan wereng dan anaknya sedangkan sejumlah lebah berperan sebagai pemangsa telurnya. Pemangsa alami ini dapat mengendalikan populasi wereng di bawah batas ambang populasi wereng terutama musim tanam dengan jumlah hama sedikit sehingga mencegah berjangkitnya virus utama.


MENGENAL WERENG COKLAT

Dalam taksonomi hama, wereng batang coklat masuk kedalam Kelas: Insecta; Ordo Hemiptera; Famili Delphacidae; Genus Nilaparvata; Spesies: N. lugens dengan nama binomial Nilaparvata lugens (Stal).

Wereng batang coklat berkembangbiak secara sexual, masa pra peneluran 3-4 hari untuk brakiptera (bersayap kerdil) dan 3-8 hari untuk makroptera (bersayap panjang). Telur biasanya diletakkan pada jaringan pangkal pelepah daun, tetapi kalau populasinya tinggi telur diletakkan di ujung pelepah dan tulang daun.

Telur diletakkan berkelompok, satu kelompok telur terdiri dari 3-21 butir.  Satu ekor betina  mampu  meletakkan  telur  100-500  butir. Telur menetas setelah 7-10 hari. Muncul wereng muda yang disebut nimfa dengan masa hidup 12-15 hari dan setelah fase ini menjadi wereng dewasa.

Dalam perkembangan hidupnya, wereng batang coklat mempunyai tiga stadium pertumbuhan yaitu stadium telur, nimfa dan dewasa. Gambar berikut menjelaskan siklus hidup hama wereng batang coklat pada suatu daerah tertentu :

 

 


Nimfa mengalami lima instar, dan rata-rata waktu yang diperlukan untuk  menyelesaikan periode nimfa adalah 12.82 hari.

Nimfa dapat berkembang menjadi dua bentuk wereng dewasa. Bentuk pertama adalah makroptera (bersayap panjang) yaitu wereng batang coklat yang mempunyai sayap depan dan sayap belakng normal.  Bentuk kedua adalah brakiptera (bersayap kerdil) yaitu wereng batang coklat dewasa yang mempunyai sayap depan dan sayap belakang tumbuh tidak normal, terutama sayap belakang sangat rudimenter.

Pada daerah lain stadium telur membutuhkan waktu antara 7-11 hari. Nimfa yang baru menetas berwarna keputihan dan berangsur menjadi coklat. Stadium nimfa terjadi 5 kali pergantian kulit dan waktu yang dibutuhkan pada masing-masing instar adalah 2-4 hari (lihat gambar 2) Wereng batang coklat dewasa mempunyai dua bentuk, sayap panjang (makroptera) dan sayap pendek (brakiptera). Bentuk makroptera merupakan indikator populasi pendatang dan emigrasi, sedangkan brakiptera populasi penetap. Suhu optimum untuk perkembangan antara 18-280C.

 

Wereng Coklat

GEJALA DAN KERUSAKAN AKIBAT WERENG COKLAT

Tanaman padi yang terserang hama wereng coklat menunjukkan gejala menguning dan mengering dengan cepat. Umumnya gejala terlihat mengumpul pada satu lokasi dan melingkar (hopperburn). Selain sebagai hama, wereng coklat juga merupakan vektor (penular) penyakit virus kerdil rumput pada tanaman padi.

Kerusakan tanaman yang ditimbulkan akibat serangan wereng coklat bisa serius. Serangan 1 dan 4 ekor wereng coklat per batang pada periode anakan selama 30 hari dapat menurunkan hasil 35% dan 77%. Serangan 1 dan 4 ekor wereng coklat per batang pada masa bunting selama 30 hari dapat menurunkan hasil berturut-turut 20 % dan 37%. Serangan 4 ekor wereng coklat per batang pada masa pemasakan buah selama 30 hari dapat menurunkan hasil sebesar 28%. Apabila populasi tinggi, maka gejala kerusakan yang terlihat di lapangan, yaitu warna daun dan batang tanaman berubah menjadi kuning, kemudian berubah menjadi berwarna coklat jerami, dan akhirnya seluruh tanaman bagaikan disiram air panas berwarna kuning coklat dan mengering (hopperburn). Apabila menyerang pada fase generatif akan menyebabkan terjadinya puso (gagal panen).

Baca juga : Petunjuk Teknis Wereng Coklat

gambar 1. Wereng Coklat


Beberapa faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya serangan wereng coklat antara lain:

1. Kondisi lingkungan cuaca dimana musim kemarau tetapi masih turun hujan

2. Ketahanan varietas dimana dominasi suatu varietas tahan dalam jangka waktu lama 

3. Pola tanam padi-padi-padi (faktor ketersediaan air)

4. Keberadaan musuh alami (parasit, predator dan patogen)

 5 Penggunaan pestisida kurang bijaksana karena tidak memenuhi kaidah 6 tepat (tepat jenis, sasaran, waktu, dosis, cara dan tempat)


PENGENDALIAN WERENG COKLAT

1. Cara Bercocok Tanam

Cara bercocok Tanam Cara bercocok tanam yang dianjurkan adalah: tanam serentak dalam satu wilayah, pergiliran tanaman, penggunaan varietas tahan dan sanitasi.

Pada daerah yang kekurangan air dan bertanam padi hanya dapat dilakukan satu kali yaitu pada musim hujan, maka pergiliran tanaman dapat berjalan dengan sendirinya. Akan tetapi didaerah yang basah atau beririgasi teknis bertanam padi dapat dilakukan sepanjang tahun, sehingga pergiliran tanaman sulit dilakukan dan petani cenderung untuk bertanam padi secara terus menerus. Sehingga perlu ditekankan pergiliran tanaman dengan tanaman lain setelah tanaman padi.

Pada musim hujan sebaiknya ditanam varietas tahan terhadap wereng coklat, seperti Mekongga, Inpari 1, Inpari 2, Inpari 3, dan Inpari 13. Selanjutnya pengaturan jarak tanam, yaitu tanaman ditanam dalam barisan yang teratur dengan jarak tanam sesuai dengan kondisi agroekosistem setempat agar dapat yang dianjurkan untuk memperlancar gerakan angin dan cahaya matahari masuk ke dalam pertanaman. Hal ini dapat mengubah iklim mikro yang cocok untuk menekan perkembangan wereng coklat.

2. Rotasi/pergiliran Varietas

Pergiliran Varietas Tahan Varietas yang dianjurkan untuk ditanam saat ini adalah Inpari1, Inpari 2, Inpari 3, dan Inpari 13 secara bergiliran. Varietas-varietas tersebut memiliki ketahanan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3. Namun apabila salah satu varietas tersebut ditanam secara terus menerus sepanjang tahun pada satu wilayah, maka varietas tersebut akan menjadi rentan (contoh Varietas Ciherang). Pengendalian Biologi Pengendalian biologi dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan musuh alami. Musuh alami yang dapat mengendalikan hama wereng coklat adalah parasitoid, predator dan patogen.

3. Pengendalian Biologi

Pengendalian biologi dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan musuh alami. Musuh alami yang dapat mengendalikan hama wereng coklat adalah parasitoid, predator dan patogen.

Parasitoid telur seperti Anagrus flaveolus waterhouse, A. Optabilis Perkins, A. Perforator Perkins, Mymar tabrobanicum, Polynema spp., Olygosita, spp., dan Gonatocerus spp. Parasitoid ini dapat memparasitasi telur wereng coklat 45- 87%. Parasitoid nimfa dan wereng dewasa seperti Elenchus, spp., dan Haplogonatopus orientalis.

Predator wereng coklat seperti Cytorrhinus lividivennis, Microvelia douglasi, Ophionea indica, dan Paedorus fuscipes, laba-laba Lycosa pseudoannulata (Wolf spider), Tetragnatha sp. (four spider), Clubiona javonicola (sack spider), Araneus inustus (orb spider), Calitrichia formosana, Oxyopes javanus, dan Argiope catenulata. Patogen seperti Enthomopthora sp. Salah satu penyebab terjadinya penambahan populasi hama wereng coklat adalah kematian musuh alami akibat penggunaan insektisida berspektrum luas. Dengan demikian harus ada upaya agar musuh alami menetap atau menjadi efektif dalam mengendalikan hama. Penggunaan musuh alami, walaupun tidak dilakukan dengan inundasi (penambahan populasi ke lapangan), dapat juga dilakukan dengan meningkatkan peranan musuh alami yang sudah ada dilapangan. Peningkatan peranan musuh alami dilakukan dengan monitoring untuk menentukan parasitasi dan predatasinya. Oleh karena itu pada saat aplikasi 13 insektisida harus sudah diperhitungkan banyaknya musuh alami di pertanaman.

4. Pengendalian Kimiawi

Penggunaan Pestisida Dalam budidaya pertanian modern, pestisida merupakan sarana pengendalian yang diperlukan. Akan tetapi karena pada umumnya sifat dari pestisida tidak spesifik penggunaannya, jadi harus digunakan secara hati-hati. Dalam sistem pengendalian terpadu, pestisida merupakan komponen terakhir untuk pengendalian. Dalam hal ini jenis, waktu, formulasi dan cara aplikasi merupakan hal yang harus diperhatikan, sehingga kompatibel dengan komponen lain dan tidak mencemari lingkungan. Apabila dikendalikan dengan insektisida, maka diusahakan agar jangan menggunakan insektisida yang mengandung bahan aktif Cypermethrin, karena akan menimbulkan resurgensi dan resistensi wereng coklat.

Beberapa jenis pestisida yang dapat digunakan pada saat ini diantaranya adalah yang berbahan akti: Fipronil, Tiamektosam, Imidakloprid, Dinotefuran, Nytenpiram, Buprofezin, dll. Namun Penggaruh samping penggunaan insektisida yang tidak tepat dan dilakukan secara terus menerus dapat mengakibatkan resistensi, resurjensi dan kematian musuh alami


Baca Juga : Insektisida Pengendali wereng coklat